Pada postingan pertama ini saya ingin memperkenalkan pada rekan-rekan jenis usaha dalam jangka penjang memiliki prospek yang cerah. Penasarann….? Untuk kaitan jamur dan cacing tanah akan saya jelaskan dibawah ini…yup langsung saja !
Tingkat konsumsi jamur di Indonesia
Jamur Tiram |
Dengan demikian diketahui bahwa tingkat konsumsi sayur masyarakat Indonesia masih di bawah rekomendasi FAO. Pantas saja jika hingga kini pemerintah terus menggalakkan makanan sehat dengan mengonsumsi sayuran, salah satunya berasal dari olahan jamur. Kondisi inilah yang menjadikan peluang usaha jamur tiram di Indonesia masih terbuka lebar. dikutip dari http://semangatwirausaha.blogspot.com
Permintaan pasar yang masih sangat tinggi. Kebutuhan pasar jamur pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 17.500 ton dan saat ini baru terpenuhi 13.825 ton pertahun, dikutip dari http://berbisnisjamur.com
Belum Terpenuhi
Sampai saat ini jamur lebih banyak diproduksi di Jawa. Berdasar data MAJI, setiap hari Jabar memproduksi 15—20 ton jamur merang dan 10 ton jamur tiram.
Sementara jamur kuping, dengan sentra utama Jateng, setiap hari memproduksi 1 ton. Disusul jamur shiitake dengan produksi 500 kg/hari. Sebagian besar produksi jamur dipasarkan dalam bentuk segar. Kota-kota besar menjadi tujuan pasar utama jamur selama ini. Pasar Jakarta misalnya, dipasok dari Karawang, Bandung, Bogor, dan Sukabumi. Dari Cisarua Bandung saja, setiap hari, tidak kurang dari 3 ton jamur tiram masuk Jakarta. Misa memprediksi, kebutuhan pasar Jakarta terhadap jamur merang sekitar 15 ton/hari. Sementara Karawang baru mampu memasok 3 ton.
Untuk jamur kuping terutama diserap pasar Jateng, lantaran banyak dibutuhkan industri jamu. Walau demikian, jamur kuping dari Jateng pun masuk Bandung, sehari tidak kurang dari 200 kg. Selain dijual segar, sebagian pelaku usaha melakukan diversifikasi produk dengan memproduksi keripik dan tepung. Rina di Bandung misalnya, setiap hari memproduksi 50—100 kg keripik jamur tiram. Sampai saat ini dia mengaku belum mampu memenuhi permintaan yang mencapai 500 kg—2 ton. Sementara tepung banyak dibutuhkan industri untuk memenuhi kebutuhan kelompok vegetarian.
Walau banyak dibutuhkan, “Seluruh produksi jamur baru memenuhi 50% dari permintaan pasar,” ucap Kudrat. Belum lagi ditambah permintaan pasar luar negeri, seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan, China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. “Sampai saat ini permintaan itu belum bisa dipenuhi,” imbuh Basuki Rachmat, Sekjen MAJI. Ir Misa MSc., petani jamur merang di Karawang, yang juga Kepala Pusdiklat Budidaya Jamur Merang Indonesia, pun membenarkan permintaan pasar ekspor belum sanggup terpenuhi. “Untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri saja masih kurang,” imbuh lulusan Teknik Kimia ITB ini yang sudah bertani jamur sejak 1990 lalu.
Prospek Cacing lumbricus rubellus
Cacing Lumbircus Rubellus |
Komoditas cacing juga diharapkan menjadi bisnis agri masa depan yang selaras dengan misi setiap negara dalam melestarikan lingkungan. Modal awal untuk memulai usaha ini juga tidaklah besar, karena cukup membeli indukan dan memanfaatkan pekarangan rumah kita sebagai lahan pembibitannya. Penasaran? Berikut kisah si cacing dan prospek cerah peluang usahanya, dikutip dari wartawirausaha.com.
Cacing (khususnya jenis Lumbricus Rubellus) memang memiliki banyak manfaat untuk manusia. Diantara kebaikan-kebaikan ini, cacing bisa dijadikan obat penurun panas dan demam yang sangat efektif. Bahkan, penggunaan cacing dalam obat sudah diperkenalkan sejak nenek moyang dulu. Tidak hanya di Indonesia, cacing lumbricus rubellus atau biasa dikenal cacing tanah merah ini juga menjadi bahan utama dalam pembuatan obat dan bahan kosmetik di luar negeri, seperti Cina, Korea, Jepang, Kanada, dan Amerika.
Permintaan cacing tak hanya datang dari dalam negeri, dari luar negeri pun juga sangat besar. Bahkan, untuk memenuhi permintaan dari pabrik-pabrik dalam negeri, farm kami masih belum mampu memenuhi kuota permintaan tiap bulannya. Karena inilah, sebenarnya dibutuhkan mitra kerjasama yang banyak untuk peternak cacing di Indonesia," kata Harijadi, salah satu peternak dan leader salah satu farm budidaya cacing di Magetan, Jawa Timur.
Cacing dikenal memiliki banyak keunggulannya. Salah satunya adalah ketahanan tubuh yang sangat luar biasa. Selain itu, perawatan cacing juga cukup simple. Dalam perawatan beberapa kolam cacing, tidak membutuhkan tenaga yang banyak. Menurut Harijadi, cukup satu orang untuk mengelola dan merawat puluhan kolam cacing. Pakan cacing pun juga tergolong mudah, sisa atau limbah makanan dari rumah tangga bisa dijadikan pakan cacing. Selain itu, ampas tahu, atau sayuran busuk bisa dijadikan pakan cacing juga.
Untuk kebutuhan makan, biasanya saya memberikan sayuran kubis sisa yang saya ambil dari pasar. Kubis terlebih dulu di cacah sebelum diberikan ke kolam cacing. Enaknya berternak cacing, cacing tidak tergantung pada pemberian makan. Bahkan, untuk pemberian makan yang tidak rutin pun tidak masalah," katanya.
Perkembangbiakan cacing tergolong super cepat, bahkan masa panen untuk cacing jenis lumbricus rubellus ini menurut Harijadi hanya membutuhkan waktu 40 hari. Harga satu kilo untuk jenis cacing yang lumayan tinggi, membuat budidaya cacing menjadi salah satu alternatif di bidang agri. Dari pengakuan Harijadi, untuk satu kilo cacing umur 40 hari dihargai 40-50 ribu rupiah.
Ukuran kolam tempat budidaya cacing, idealnya memiliki panjang dan lebar 1 x 4 meter. Untuk satu kolam biasanya diisi 15 -20 kg indukan cacing. Nah, kelebihan cacing lumbricus ini, dalam waktu 30 40 hari cacing sudah bisa dipanen. Dan jangan kaget, dalam waktu 40 hari 15 kg indukan cacing lumbricus bisa berkembang menghasilkan 3 kali lipat, yaitu 45 kg setiap kolam," tambah pria yang mengaku rutin mengirimkan minimal 60 kg cacing ke salah satu rekannya di Malang.
Hal pertama yang harus disiapkan dalam budidaya cacing ini adalah bibit cacing dan media yang akan digunakan untuk cacing. Media untuk cacing bisa digunakan grajen sisa jamur atau limbah dari budidaya jamur. Harijadi menjelaskan, grajen bekas jamur ini bisa dicampur dengan kletong (kotoran sapi) yang sudah kering atau setengah kering, serta tanah.
"Jika media sudah siap, media tersebut bisa langsung diratakan di kolam. Untuk ukuran kolam bisa menggunakan 1 x 4 meter dengan tinggi 60 cm. Dasar kolam bisa dialasi batu bata yang ditata sedemikian rupa. Setelah media siap, indukan cacing pun siap ditebar secara merata.
Cacing Lumbircus Rubellus |
Cacing merupakan binatang yang menyukai tempat lembab dan gampang stress jika terkena cahaya matahari. Karena itu, penting setiap hari mengecek kelembaban media. Usahakan media jangan terlalu basah dan terlalu kering. Jika kering, media cacing bisa disemprot air secara merata dan tidak berlebihan
Kendala utama dalam budidaya cacing ini, menurut Harijadi adalah serangan semut serta tikus. Selain dua binatang tersebut perlu diwaspadai juga hewan predator cacing seperti katak dan kadal. Namun serangan semut dan tikus ini biasanya terjadi hanya di bulan-bulan awal budidaya. Solusi Harijadi untuk kendala ini adalah dengan menjaga kebersihan sekitar kolam. Setiap siang atau sore sisi-sisi luar kandang bisa disemprot air agar tetap bersih dan bebas semut.
Budidaya cacing, bisa dilakukan di daerah manapun. Inilah kelebihan yang dimiliki cacing, karena di semua daerah cacing bisa hidup subur. Yang penting, media di kolam diusahan tetap selembab mungkin. Karena cacing menyukai habitat yang lembab. Saat panen atau 40 hari, cacing besar siap panen biasanya akan meminggir di pinggir kolam. Sedangkan telur dan anakan cacing biasanya akan menggumpul di tengah. Tambah Harijadi.
Usaha Cacing Lumbricus RubellusSelain cacingnya yang laku dijual dalam kondisi hidup di pabrik farmasi dan kosmetik atau diekspor ke luar negeri, ternyata kascing (media bekas budidaya cacing) juga laku dijual. Kascing merupakan pupuk organik alami yang memiliki kandungan hara makro serta mikro yang lengkap dengan pH basa. Kascing ini biasanya digunakan untuk pupuk tanaman sayuran, buah-buahan, selain itu juga cocok untuk pupuk padi organik. Untuk perkilo kascing, biasanya Harijadi menghargai 5.000 sampai 6.000 rupiah.
Pemasaran cacing, menurut Harijadi tidaklah terlalu sulit. Saat ini, banyak pabrik-pabrik farmasi atau kosmetik yang siap menampung hasil panen budidaya cacing. Bahkan beberapa negara juga siap menampung cacing-cacing ini. Penting juga untuk menjalin kemitraan bersama para petani cacing untuk berbagi info mengenai penjualan serta tips-tips beternak cacing.
Sampai sejauh ini, prospek untuk wirausaha ternak cacing lumbricus rubellus masih sangat bagus. Selain cacingnya yang diburu oleh pabrik obat dan kosmetik serta pabrik pakan ternak, media bekas cacing atau kascing juga laku keras. Jika sudah merasakan hasil dari budidaya cacing ini, saya jamin anda tidak bakal jijik lagi sama cacing," katanya. (bn)
Dari kebutuhan pasar luar negeri tercatat kebutuhan cacing tanah cukup besar, Korsel misalnya membutuhkan cacing tanah sekitar 35.000 ton per bulan untuk dijadikan pakan ayam. Untuk keperluan pasar ekspor ini, cacing tanah bukan hanya dijadikan sebagai pakan ternak tetapi juga sebagai bahan baku lain. Di Cina cacing tanah sebagai obat tradisional, di Perancis dan Italia dijadikan bahan kosmetika untuk menghaluskan dan melembutkan kulit, sementara di Jepang dan beberapa Negara Eropa dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan makanan dan minuman. Di Indonesia sendiri cacing tanah ini sudah mulai dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dikutip dari http://tmo-sumberagung.blogspot.com
Keterkaitan Usaha Jamur dan Cacing tanah
Dalam hal ini keterkaitan antara keduanya adalah sama-sama mendatangkan profit. Bila rekan-rekan mungkin sudah pernah menekuni budidaya jamur tentunya kita sudah punya satu usaha pokok.Anggaplah ketika kita jalan pada budidaya jamur setiap hari kita panen dan mendapatkan profit setiap harinya. Hingga kurun waktu 3 s/d 4 bulan dalam satu siklus tanam jamur hingga afkir. Dalam hal perawatan panen, siram, dan santai…he
Bila kita cermat dalam kurun waktu tersebut setiap bulannya atau bahkan setiap minggunya kita juga bisa mendapat profit diluar usaha jamur itu sendiri, kita bisa mengkaitkannya dengan usaha yang baru ini dan tetap berhubungan dengan jamur, selain itu juga bermodal awal kecil, apa itu??
Yaa benar, yang saya maksud disini adalah budidaya cacing lumbircus rubellus , ibarat kata sambil menyelam minum air maka sambil menunggu waktu baglog jamur afkir anda dapat membudidayakan cacing lumbircus rubellus dimana untuk budidaya cacing ini kita bisa memanfaatkan baglog afkir bekas jamur sebagai bahan pokoknya… berikut analisanya ..
ANALISA BUDIDAYA JAMUR DAN BUDIDAYA CACING
Analisa Jamur
Analisa jamur tiram berikut adalah analisa usaha dengan asumsi bahwa Anda sudah memiliki kumbung dan berniat untuk membudidayakan jamur tiram dengan membeli baglog putih (siap panen). Analisa berikut per 10.000 baglog jamur
Modal Awal
Pembelian Baglog Siap Panen Rp. 2.100- @ 10.000 baglog = Rp. 21.000.000-
Biaya obat dll = Rp. 400.000-
Biaya pegawai 4 bulan @ Rp. 600.000 = Rp. 2.400.000-
Jumlah Pengeluaran Modal Awal Rp. 23.800.000 –
Asumsi Pendapatan 4 bulan
Apabila jamur dijual pada pengepul harga berkisar Rp. 8.000 – Rp 11.000 (kita pakai yang minimal yakni Rp. 8.000-)
Rata-rata tiap baglog 0,4 kg @ 10.000 baglog @ Rp. 8.000 - = Rp. 32.000.000-
Total perkiraan pendapatan bersih adalah Pendapatan dikurangi dengan total biaya operasional selama 4 bulan, sehingga didapat bahwa Rp 32.000.000 – Rp 23.800.000 = Rp. 9.200.000,- adalah total perkiraan pendapatan bersih Anda selama 4 bulan. Jadi pendapatan Anda per bulannya adalah sekitar Rp 2.300.000,-
Analisa Budidaya Cacing
Analisa berikut dengan Asumsi Anda sudah memiliki modal Awal berupa kolam dengan ukuran 1 x 4 m sejumlah 4 kolam, dan memanfaatkan media dari baglog bekas jamur, dari setiap kolam dalam 1 bulan dapat kita panen 10 kg , jadi panen 40 kg dari 4 kolam setiap bulannya.
Modal Awal
Bentuk Kolam Pemeliharaan Cacing |
Pembelian bibit cacing lumbircus rubellus untuk 4 kolam masing-masing kolam diisi 15 kg bibit cacing, jadi butuh 60 kg bibit cacing dengan harga setiap Rp. 50.000/kg
Pembelian bibit cacing lumbircus Rubellus Rp. 50.000 - @ 60 kg = Rp. 3.000.000,-
Biaya pekerja ( pemberian pakan dan pemanenan) 4 bulan @ Rp. 300.000 ,- = Rp. 1.200.000,-
Pembelian pakan (sayur dan ampas tahu) 4 bulan @ Rp. 200.000 = Rp. 800.000,-
Lain-lain = Rp 200.000,-
Jumlah Pengeluaran Modal Awal Rp. 5.200.000, –
Asumsi Pendapatan 4 bulan
Harga jual cacing tanah Rp 50.000/ kg , dengan pemanenan setiap bulan diambil 40 kg
Panen cacing 40 kg @ 4 bulan @ Rp. 50.000 ,- = Rp. 8.000.000-
Total pendapatan bersih adalah Pendapatan dikurangi dengan total biaya operasional selama 4 bulan, sehingga didapat bahwa Rp 8.000.000 – Rp 5.200.000 = Rp. 2.800.000,- dan perlu dicatat juga bahwa pembelian bibit hanya cukup sekali dan besar pendapatan dari cacing bisa anda sesuaikan sendiri dengan banyaknya kolam anda.
Sekarang tinggal kita simpulkan bahwa profit yang kita dapatkan dari jamur selama 4 bulan adalah Rp. 9.200.000, - serta profit dari budidaya cacing kurun waktu 4 bulan Rp. 2.800.000, - . Jadi kita mengantongi uang Rp. 12.000.000, dalam 4 bulan, sehingga pendapatan setiap bulan Rp. 3.000.000,--
Bagaimana ? bagi yang berminat budidaya cacing silahkan hub.081945349206
Sekian analisa usaha JAMUR DAN CACING yang saya buat, semoga menjadi inspirasi bagi Anda .
Santoso Lumbricus Rubellus Farm
BalasHapusSiap melayani kebutuhan rutin anda akan cacing Lumbricus Rubellus
Siap mengantar ke lokasi yang anda inginkan
Siap bekerjasama dalam usaha pembibitan, pembesaran dan pembelian cacing Lumbricus Rubellus
Hubungi : Adi Santoso
Jl.Duri A9 No.4 – Jakarta 10140
08174832089
e-mail : santosorico@yahoo.com
jadi mau
BalasHapusTrus jualnya kemana klo wilayah malang
BalasHapus